saya ingin sekolah lagi. cita-cita yang sedikit terlambat (mungkin), mengingat umur tak lagi muda dan anak yang sudah dua. cita-cita yang sebenarnya sudah ada sejak dua tahun lalu, tapi entah kenapa selalu ragu, maju mundur, antara jadi dan tidak. bahkan pernah ada di satu masa saya sama sekali tidak mau memikirkan kemungkinan melanjutkan studi, karena kepercayaan diri yang menurun drastis. bukan tanpa alasan, pernah suatu hari saya mendengarkan sebuah video berbahasa asing dan saya sama sekali tidak mengerti apa yang dibahas dalam percakapan tersebut. saat itu saya merasa kemampuan berbahasa asing saya payah sekali. ada perasaan malu, malu karena kemampuan tidak mengimbangi cita-cita yang terlalu tinggi. juga perasaan marah yang bersamaan dengan tercoretnya satu impian saya untuk melanjutkan studi di luar indonesia.
pak ery, dan juga ibu, adalah dua orang yang tidak pernah kehabisan kata untuk memberi semangat. saat kepercayaan diri saya sudah berserakan entah kemana, mereka berdua tetap dan selalu percaya saya bisa. meskipun entah sudah berapa kali saya hanya menatap soal-soal ielts dengan tatapan kosong hahahaha drama ya? tapi memang benar, semacam, ini kenapa banyak sekali yang harus di pelajari, sampai rasanya tidak tau harus memulai darimana. saya terlalu takut mengangkat kembali mimpi yang dulu pernah saya tenggelamkan diam-diam. meskipun akhir-akhir ini, saya mulai menyadari, sebenarnya yang saya takuti bukan mimpinya, melainkan takut meninggalkan zona nyaman yang selama ini sudah saya tempati.
zona nyaman itu berwujud status abdi negara di salah satu institusi terbaik, berkantor ditempat yang bisa ditempuh hanya dengan waktu kurang dari dua puluh menit dari rumah, dipercaya untuk memimpin sebuah seksi, punya rekan kerja yang menyenangkan, juga atasan yang tak kurang-kurang baiknya. memang terlalu nyaman, nyaris tak kurang suatu apapun. lalu saya mulai bertanya pada diri sendiri, kenapa zona nyaman tidak dijadikan sarana untuk mendukung apa yang saya impikan? tentu akan ada banyak sekali kemudahan datang dari lingkungan yang kondusif serta orang-orang baik sekitar saya. dan mulailah saya mengubah presepsi bukan berusaha meninggalkan zona nyaman melainkan berusaha membuat zona tersebut menjadi lebih luas dan "lebih layak huni".
pagi tadi, energi saya seolah bertambah berkali-lipat. seseorang berbaik hati membagi file untuk berlatih kemampuan bahasa inggris dengan ukuran lebih dari dua giga, terimakasih banyak sekali ya, mas hari! semoga ini merupakan salah satu sinyal agar saya tidak berhenti bermimpi. perjalanan memang masih sangat panjang, saya berdoa semoga apa yang saya usahakan saat ini dan kemudian hari membawa manfaat, dan apapun hasilnya nanti adalah yang terbaik. sekarang saatnya saya memasang kacamata kuda, mulai menentukan fokus, memanfaatkan waktu dan berusaha lebih keras dari biasanya. dear pak ery, jangan bosan mendukung istrimu yang mood swing sekali ini ya? semoga kita tidak pernah lelah untuk mewujudkan mimpi yang satu ini :)
pak ery, dan juga ibu, adalah dua orang yang tidak pernah kehabisan kata untuk memberi semangat. saat kepercayaan diri saya sudah berserakan entah kemana, mereka berdua tetap dan selalu percaya saya bisa. meskipun entah sudah berapa kali saya hanya menatap soal-soal ielts dengan tatapan kosong hahahaha drama ya? tapi memang benar, semacam, ini kenapa banyak sekali yang harus di pelajari, sampai rasanya tidak tau harus memulai darimana. saya terlalu takut mengangkat kembali mimpi yang dulu pernah saya tenggelamkan diam-diam. meskipun akhir-akhir ini, saya mulai menyadari, sebenarnya yang saya takuti bukan mimpinya, melainkan takut meninggalkan zona nyaman yang selama ini sudah saya tempati.
zona nyaman itu berwujud status abdi negara di salah satu institusi terbaik, berkantor ditempat yang bisa ditempuh hanya dengan waktu kurang dari dua puluh menit dari rumah, dipercaya untuk memimpin sebuah seksi, punya rekan kerja yang menyenangkan, juga atasan yang tak kurang-kurang baiknya. memang terlalu nyaman, nyaris tak kurang suatu apapun. lalu saya mulai bertanya pada diri sendiri, kenapa zona nyaman tidak dijadikan sarana untuk mendukung apa yang saya impikan? tentu akan ada banyak sekali kemudahan datang dari lingkungan yang kondusif serta orang-orang baik sekitar saya. dan mulailah saya mengubah presepsi bukan berusaha meninggalkan zona nyaman melainkan berusaha membuat zona tersebut menjadi lebih luas dan "lebih layak huni".
pagi tadi, energi saya seolah bertambah berkali-lipat. seseorang berbaik hati membagi file untuk berlatih kemampuan bahasa inggris dengan ukuran lebih dari dua giga, terimakasih banyak sekali ya, mas hari! semoga ini merupakan salah satu sinyal agar saya tidak berhenti bermimpi. perjalanan memang masih sangat panjang, saya berdoa semoga apa yang saya usahakan saat ini dan kemudian hari membawa manfaat, dan apapun hasilnya nanti adalah yang terbaik. sekarang saatnya saya memasang kacamata kuda, mulai menentukan fokus, memanfaatkan waktu dan berusaha lebih keras dari biasanya. dear pak ery, jangan bosan mendukung istrimu yang mood swing sekali ini ya? semoga kita tidak pernah lelah untuk mewujudkan mimpi yang satu ini :)